“Sebentar lagi
duel penentu kelulusan akan dimulai, para peserta dipersilakan memasuki
lapangan,” kata moderator mempersilakan kedua peserta pertarungan tersebut
memasuki lapangan pertarungan. Dari balik jeruji yang perlahan diangkat
terlihat Feara yang sudah siap dengan perlengkapannya, begitu juga dengan sisi
berlawanan terlihat Elis yang mengenakan perlengkapannya.
Beberapa saat
sebelum pertarungan...
“Hei kau tidak
bersiap-siap?” tanya Feara kepada Tax7 yang malah tidur-tiduran di ruang
persiapan. Seperti biasa tanpa
berkata-kata Tax7 menunjukan wajah bingungnya.
“Biar
kuperjelas sesuatu Tax, sebenarnya aku... bukan orang yang bisa menebak pikiran
orang. Jadi... BERHENTI BERSIKAP SEPERTI ITU DAN JAWAB PERTANYAANKU!” teriak
Feara yang sepertinya kehabisan kesabaran. Nampaknya teriakan tadi hanya angin
lewat bagi Tax7, ia malah berjalan ke jendela dan menatap keluar.
“Ah sudahlah,
aku ke kamar mandi sebentar.” Begitulah Feara meninggalkan Tax7 di dalam ruang
persiapan. Sekembalinya Feara dari kamar mandi, ia menemukan Tax7 yang sudah
tidak ada di dalam ruang persiapan tersebut. Satu-satunya yang masuk akal
hanyalah Tax7 pergi keluar melalui jendela atau menghilang dengan teleportnya.
“TAX!” teriak
Feara. Ketika itu ia tersadar ada sesuatu diatas meja. Sebuah perlengkapan
bertarung. Karena penasaran ia pun melihatnya dan mencobanya. Tampaknya baju
tersebut sangat pas di tubuhnya.
“Keren! Ini
pasti armor untuk ke dungeon. Siapapun yang meninggalkannya di sini terima
kasih...” kata Feara. Tiba-tiba sebuah kertas terjatuh dari baju tersebut.
“Apa ini?” kata
Feara sambil memungutnya. Sebuah catatan, mungkin dari Tax7.
“Aku sudah
tingkat tiga jadi tidak dapat ikut serta dalam duel ini, jadi kau gantikan
aku,” begitu isi surat pendek yang ditinggalkan oleh Tax7 beserta dengan
perlengkapan tingkat tinggi tersebut.
“Apa-apaan
ini?” kata Feara sambil tersenyum dengan menyeramkan.
“Jadi, kenapa
malah kau yang menjadi lawanku!?” kata Elis dengan nada yang tinggi setelah
kedua pintu benar-benar terbuka.
“Itu juga
menjadi pertanyaanku,” kata Feara. Dalam hati pun ia menggerutu “si Tax sialan
itu, awas saja nanti kalau pulang akan aku hajar habis-hasbisan.”
“Hah...
biarlah, baik kau atau si berengsek itu tak masalah. Aku akan membuat kalian
menjadi debu,” kata Elis sambil mengokang snipernya. Elis mengambil jurusan gunsliger
yang memungkinkannya menggunakan pistol dan senjata sejenisnya. Feara pun ikut
menarik pedangnya dari sarungnya. Memang melawan gunsliger akan sangat sulit
jika berada di ruangan terbuka dan lagi jurusan warrior yang diambil oleh Feara
sangat tidak diuntungkan dengan jarak serangnya yang sangat pendek.
“Sebelum
bertanding, agar lebih seru, mari buat taruhan,” kata Elis.
“Boleh juga,
yah setidaknya aku tidak harus bertarung karena tantangan si Tax itu,” kata
Feara.
“Baiklah,
bagaimana jika yang kalah harus menuruti satu permohonan yang menang?”
“Tidak buruk,
aku terima.”
“Oke kalau begitu.” Elis mulai menodongkan senjatanya
pada Feara. Feara yang merasakan bahaya langsung saja menunduk. Dengan cepat
sebuah peluru melesat di tempat Feara sebelumnya. Lewat scopenya Elis membidik
Feara dan menghujaninya dengan peluru. Dengan susah payah Feara pun menghindari
peluru-peluru tersebut. Untung senjata yang digunakan oleh Elis bukan merupakan
senjata yang dapat menembak beruntun, kalau tidak mungkin saat ini Feara sudah
tak dapat berdiri lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar