Senin, 11 Mei 2015

Snipe! 3



“Sebentar lagi duel penentu kelulusan akan dimulai, para peserta dipersilakan memasuki lapangan,” kata moderator mempersilakan kedua peserta pertarungan tersebut memasuki lapangan pertarungan. Dari balik jeruji yang perlahan diangkat terlihat Feara yang sudah siap dengan perlengkapannya, begitu juga dengan sisi berlawanan terlihat Elis yang mengenakan perlengkapannya.
Beberapa saat sebelum pertarungan...
“Hei kau tidak bersiap-siap?” tanya Feara kepada Tax7 yang malah tidur-tiduran di ruang persiapan.  Seperti biasa tanpa berkata-kata Tax7 menunjukan wajah bingungnya.
“Biar kuperjelas sesuatu Tax, sebenarnya aku... bukan orang yang bisa menebak pikiran orang. Jadi... BERHENTI BERSIKAP SEPERTI ITU DAN JAWAB PERTANYAANKU!” teriak Feara yang sepertinya kehabisan kesabaran. Nampaknya teriakan tadi hanya angin lewat bagi Tax7, ia malah berjalan ke jendela dan menatap keluar.
“Ah sudahlah, aku ke kamar mandi sebentar.” Begitulah Feara meninggalkan Tax7 di dalam ruang persiapan. Sekembalinya Feara dari kamar mandi, ia menemukan Tax7 yang sudah tidak ada di dalam ruang persiapan tersebut. Satu-satunya yang masuk akal hanyalah Tax7 pergi keluar melalui jendela atau menghilang dengan teleportnya.
“TAX!” teriak Feara. Ketika itu ia tersadar ada sesuatu diatas meja. Sebuah perlengkapan bertarung. Karena penasaran ia pun melihatnya dan mencobanya. Tampaknya baju tersebut sangat pas di tubuhnya.
“Keren! Ini pasti armor untuk ke dungeon. Siapapun yang meninggalkannya di sini terima kasih...” kata Feara. Tiba-tiba sebuah kertas terjatuh dari baju tersebut.
“Apa ini?” kata Feara sambil memungutnya. Sebuah catatan, mungkin dari Tax7.
“Aku sudah tingkat tiga jadi tidak dapat ikut serta dalam duel ini, jadi kau gantikan aku,” begitu isi surat pendek yang ditinggalkan oleh Tax7 beserta dengan perlengkapan tingkat tinggi tersebut.
“Apa-apaan ini?” kata Feara sambil tersenyum dengan menyeramkan.
“Jadi, kenapa malah kau yang menjadi lawanku!?” kata Elis dengan nada yang tinggi setelah kedua pintu benar-benar terbuka.
“Itu juga menjadi pertanyaanku,” kata Feara. Dalam hati pun ia menggerutu “si Tax sialan itu, awas saja nanti kalau pulang akan aku hajar habis-hasbisan.”
“Hah... biarlah, baik kau atau si berengsek itu tak masalah. Aku akan membuat kalian menjadi debu,” kata Elis sambil mengokang snipernya. Elis mengambil jurusan gunsliger yang memungkinkannya menggunakan pistol dan senjata sejenisnya. Feara pun ikut menarik pedangnya dari sarungnya. Memang melawan gunsliger akan sangat sulit jika berada di ruangan terbuka dan lagi jurusan warrior yang diambil oleh Feara sangat tidak diuntungkan dengan jarak serangnya yang sangat pendek.
“Sebelum bertanding, agar lebih seru, mari buat taruhan,” kata Elis.
“Boleh juga, yah setidaknya aku tidak harus bertarung karena tantangan si Tax itu,” kata Feara.
“Baiklah, bagaimana jika yang kalah harus menuruti satu permohonan yang menang?”
“Tidak buruk, aku terima.”
“Oke kalau begitu.” Elis mulai menodongkan senjatanya pada Feara. Feara yang merasakan bahaya langsung saja menunduk. Dengan cepat sebuah peluru melesat di tempat Feara sebelumnya. Lewat scopenya Elis membidik Feara dan menghujaninya dengan peluru. Dengan susah payah Feara pun menghindari peluru-peluru tersebut. Untung senjata yang digunakan oleh Elis bukan merupakan senjata yang dapat menembak beruntun, kalau tidak mungkin saat ini Feara sudah tak dapat berdiri lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar